Al-Khanza Binti Umar
Al-Khanza Binti
Umar
Al-Khanza dikenal dengan julukan; ibu para syuhada. Al-khanza menikah dengan Rawahal bin Abdul
Aziz As-Sulaiman den melahirkan empat orang putra, dari binaan dan pendidikan
tangan-tangan beliau , keempat anak lelakinya itu telah menjadi
pahlawan-pahlawan islam yang terkenal.
Al-Khansa
terlahir pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab yang
mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang terdapat dalam diri
Al-Khansa. la adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, pemberani,
tegas, tidak kenal pura-pura, suka terus terang. Dan selain keutamaan itu, ia
pun pandai bersyair. la terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan
kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahuluin ke alam baka.
Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu’awiyah dan Sakhr yang telah
meninggal dunia. Diriwayatkan bahwa ketika Adi bin Hatim dan saudarinya,
Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, maka
berkata, “Ya Rasuluilah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam
bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai
berkuda.” Rasuluilah SAW bersabda, ‘Siapakah mereka itu. Sebutkaniah namanya.’
Adi menjawab, ‘Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru’ul Qais bin Hujr,
dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’i, ayahku. Dan yang
paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba.’ Rasuluilah SAW menukas,
“Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai
bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah
Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi
Thaiib.’ Jarir ra. pernah ditanya, Siapakah yang paling pandai bersyair? Jarir
ra. menjawab, ‘Kalau tidak ada Al-Khansa tentu aku.’ Al-Khansa sangat sering
bersyair tentang kedua saudaranya, sehingga hal itu pernah ditegur olah Umar
bin Khattab ra. Umar ra. pernah bertanya kepada Khansa, ‘Mengapa matamu
bengkak-bengkak?’ Khansa menjawab, ‘Karena aku terialu banyak menangis atas
pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu.” Umar berkata, ‘Wahai Khansa, Mereka
semua ahli neraka.’ Sahut Khansa, ‘Justru itulah yang membuat aku lebih kecewa
dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atlas kehidupannya, sekarang aku
menangisinya karena ia adalah ahli neraka.’ Al-Khansa menikah dengan Rawahah
bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak
lelaki. Dan melialui pembinaan dan pendidikan tangan-tangannya, keempat anak
lelakinya ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa
sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya
terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah.
Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah
Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan
mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah
yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk
menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut
berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah
terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Maka Al-Khansa telah mengumpulkan
keempat anaknya, dan berkata, ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk
agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi
Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari
seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk
mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening
keluargamu.Jika kalian telah melihat perang, singsingkaniah lengan baju dan
berangkatiah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan pahala di
akherat. Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah
dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu
berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah
maut niscaya dianugrahi hidup.’ Pemuda-pemuda itupun keluar menuju medan
perang. Mereka berjuang matl-matian melawan musuh, sehingga banyak musuh yang
terbunuh di tangan mereka. Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari
tubuh-tubuh mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian
anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa sedih dan
kaget. Bahkan ia telah berkata, ‘Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan
syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggiiku dan berkenan
mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di
surgaNya yang luas.’ Al-Khansa telah meninggal dunia pada masa permulaan
kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah.
(Wanita-wanita Sahabiyah)
Komentar
Posting Komentar